JIHAD PALING BESAR MELAWAN HAWA NAFSU    
Semua maklum bahawa hukum berjihad adalah wajib, tetapi bagaimana kedudukannya dalam Islam? Di dalam Islam kedudukan jihad jatuh nombor tiga setelah rukun Iman dan rukun Islam.
Mengapa jihad itu dianggap besar? Setelah Rukun Iman dan Rukun Islam, jihad adalah yang paling utama, dia menjadi nombor satu, dia jadi besar. Mengapa?
 Kita cuba ambil satu ayat Quran, Allah berfirman, "Innallahastara minal mukminina anfusahum waamwalahum liannahumul jannah. " 
Maksudnya, "Sesungguhnya Allah akan membeli pada diri orang-orang beriman itu dirinya dan harta-hartanya dengan balasan syurga ".
Maksudnya, "Sesungguhnya Allah akan membeli pada diri orang-orang beriman itu dirinya dan harta-hartanya dengan balasan syurga ".
Itu tawaran Allah, karena jihad itu besar maka disuruh beli. Jihad  itu ada yang lahir ada yang batin. Dari segi lahirnya jihad menentukan  hidup mati Islam. Kalau ada jihad hiduplah, kalau tidak ada jihad  matilah. Dari segi batin, jihad menentukan seseorang itu terbangun  insaniahnya atau sebaliknya. Tidak ada jihad punahlah insaniahnya. 
Jihad secara lahiriah semua sudah tahu iaitu membangun ekonomi Islam,  membangun sistem hidup Islam, membangun pendidikan Islam, membangun  kebudayaan Islam, membangun kesihatan Islam, berperang jika terpaksa dan  lain-lain. Tetapi Rasulullah SAW sangat menekankan tentang adanya jihad  yang batin, maknawi atau jihad melawan hawa nafsu. Ketika balik dari  satu peperangan yang dahsyat melawan kaum musyrikin, Rasulullah SAW  bersabda yang bermaksud : 
Kita baru kembali dari satu peperangan yang kecil untuk memasuki  peperangan yang lebih besar. Sahabat terkejut dan bertanya, "Peperangan  apakah itu wahai Rasulullah ? " Baginda berkata, "Peperangan melawan  hawa nafsu." (Riwayat Al Baihaqi) 
Rasulullah mengajak kita untuk meninggalkan satu peperangan, satu  perjuangan atau satu jihad yang kecil untuk dilatih melakukan satu  perjuangan atau jihad yang besar iaitu jihad melawan nafsu. Orang yang  berperang melawan nafsu ini nampak seperti duduk-duduk saja, tidaklah  sesibuk orang lain, tapi sebenarnya sedang membuat kerja yang besar  iaitu berjihad melawan nafsu. 
Melawan hawa nafsu atau mujahadatun nafsi sangat susah. Mungkin kalau  nafsu itu ada di luar jasad kita dan bisa kita pegang, mudahlah kita  menekan dan membunuhnya sampai mati. Tetapi nafsu kita itu ada di dalam  diri kita, mengalir bersama aliran darah dan menguasai seluruh tubuh  kita. Karena itu tanpa kesedaran dan kemahuan yang sungguh-sungguh kita  pasti dikalahkan untuk diperalat sekehendaknya. 
Nafsu jahat dapat dikenal melalui sifat keji dan kotor yang ada pada  manusia. Dalam ilmu tasawuf, nafsu jahat dan liar itu dikatakan sifat  mazmumah. Di antara sifat-sifat mazmumah itu ialah sum'ah, riya', ujub,  cinta dunia, gila pangkat, gila harta, banyak bicara, banyak makan,  hasad, dengki, ego, dendam, buruk sangka, mementingkan diri sendiri,  pemarah, tamak, serakah, bakhil, sombong dan lain-lain. Sifat-sifat itu  melekat pada hati seperti daki melekat pada badan. Kalau kita malas  menggosok sifat itu akan semakin kuat dan menebal pada hati kita.  Sebaliknya kalau kita rajin meneliti dan kuat menggosoknya maka hati  akan bersih dan jiwa akan suci. 
Nafsu itulah yang lebih jahat dari syaitan. Syaitan tidak dapat  mempengaruhi seseorang kalau tidak meniti di atas nafsu. Dengan kata  lain, nafsu adalah 'highway' atau jalan bebas hambatan untuk syaitan.  Kalau nafsu dibiarkan, akan membesar, maka semakin luaslah 'highway'  syaitan. Kalaulah nafsu dapat diperangi, maka tertutuplah jalan syaitan  dan tidak dapat mempengaruhi jiwa kita. Sedangkan nafsu ini sebagaimana  yang digambarkan oleh ALLAH sangat jahat. 
" Sesungguhnya hawa nafsu itu sangat membawa pada kejahatan " 
(Yusuf: 53)
(Yusuf: 53)
Dan ini dikuatkan lagi oleh sabda Rasulullah; "Musuh yang paling memusuhi kamu adalah nafsu yang ada di antara dua lambungmu ". 
Nafsu inilah yang menjadi penghalang utama dan pertama, kemudian  barulah syaitan dan golongan-golongan yang lain. Memerangi hawa nafsu  lebih hebat daripada memerangi Yahudi dan Nasrani atau orang kafir.  Sebab berperang dengan orang kafir cuma sekali-sekali. 
Nafsulah penghalang yang paling jahat. Mengapa? Kalaulah musuh dalam  selimut, itu mudah dan dapat kita hadapi. Tetapi nafsu adalah sebahagian  dari badan kita. Tidak sempurna diri kita jika tidak ada nafsu. Ini  yang disebut musuh dalam diri. Sebahagian diri kita, memusuhi kita. Ia  adalah jizmullatif - tubuh yang halus yang tidak dapat dilihat dengan  mata kepala, hanya dapat dirasa oleh mata otak (akal) atau mata hati.  Oleh itu tidak dapat kita buang. Sekiranya dibuang kita pasti mati. 
Nafsu adalah penghalang yang besar. Kalau hendak solat bukan mudah  untuk mujahadah. Akhirnya terlambat solat subuh. Siapa yang membisikkan  kepada kita? Itulah nafsu. Bukan mudah hendak berjuang dan berkorban.  Bukan mudah hendak sabar apabila berhadapan dengan ujian. Bukan mudah  untuk sabar, tidak berdendam dan membalas kejahatan musuh dengan doa dan  kebaikan. Bukan mudah sebab nafsu tidak mahu. Begitu juga tidak mudah  untuk menahan marah dan hendak memberi maaf orang yang berbuat salah  dengan kita? Kita rasa terhina hendak memaafkan orang yang bersalah  dengan kita. Lebih-lebih lagi kita yang bersalah, hendak minta maaf  lebih sukar lagi. Terasa tergugat ego kita. Lebih-lebih bila ada jabatan  dan pengaruh. Bukan mudah untuk ikut syariat, jika nafsu mengatakan  jangan. Sebab itu barang siapa yang berjaya melawan hawa nafsu ia  dianggap wira, hero atau pahlawan. Dianggap orang berani dan luar biasa.  Sebab itu ada Hadis yang mengatakan; 
"Tidak dianggap seseorang itu berani bila ia dapat mengalahkan  musuhnya, tetapi dianggap berani, jika seseorang itu dapat melawan hawa  nafsunya.
" Bukannya seperti yang terjadi hari ini, gelar "Tokoh" atau "wira"  yang dikurniakan kepada seseorang, bila kita tinjau kehidupan mereka,  kebanyakan mereka yang sudah dikalahkan oleh hawa nafsu. Itulah wira  yang palsu. Wira yang sebenarnya wira ialah orang yang dapat mengalahkan  hawa nafsunya. Inilah yang dikatakan pejuang yang hakiki. Selama hawa  nafsu tidak dapat diperangi selama itulah seseorang tidak akan tertuju  kepada ALLAH. Tidak akan dapat benar-benar berkhidmat kepada ALLAH.  Tidak akan jatuh cinta dengan ALLAH. Tidak akan memberi ketaatan yang  sesungguhnya kepada ALLAH. Kalau nafsu tidak diperangi, tidak akan dapat  hidup dalam kebenaran. Hidup dalam pimpinan ALLAH. Firman Allah dalam  Al Qur'an maksudnya : 
"Mereka yang berjuang untuk melawan hawa nafsu karena hendak menempuh  jalan Kami, sesungguhnya Kami akan tunjuki jalan Kami. Sesungguhnya  ALLAH itu beserta dengan orang yang buat baik". 
Ini jaminan dari Allah. Siapa sanggup melawan hawa nafsu, Allah akan  tunjukkan satu jalan hingga diberi kemenangan, diberi bantuan dan  tertuju ke jalan yang benar. Inilah rahsia untuk mendapat pembelaan dari  Allah. 
Ertinya mereka mendapat pembelaan dari Allah sejak di dunia. Jadi  siapa saja yang sanggup melawan hawa nafsu, dia adalah rijalullah (orang  Allah, keluarga Allah, kepunyaan Allah, tentera Allah) Siapa yang  menjadi kepunyaan Allah atau tentera Allah, dia akan dibantu oleh Allah.  Tapi selama belum menjadi tentara Allah, sebaliknya menjadi tentera  manusia atau tentera syaitan, Allah akan biarkan. Kalau diberi  kemenangan, atas dasar kuat, bukan atas dasar bantuan. Manakala yang  lemah akan diberi kekalahan. 
Jadi seseorang itu mesti sanggup melawan hawa nafsu. Kalau tidak,  banyak ajaran Islam yang terabaikan, banyak perintah ALLAH yang  dilalaikan. Bila tidak dapat melawan hawa nafsu, banyak larangan ALLAH  yang akan terbuat. Jadi hanya dengan melakukan mujahadatunnafsi, barulah  ajaran Islam itu dapat kita amalkan sungguh-sungguh dan barulah maksiat  lahir dan batin dapat kita tinggalkan, karena nafsu yang sangat  menghalang itu sudah tidak ada lagi. Nafsu itu sudah kita didik, sudah  kita kalahkan, dan sudah menjadi tawanan kita. 
*peringatan untuk diri yang lemah..doakan kami kuat...Ya Allah kami mengharapkan redha-Mu 


No comments:
Post a Comment